INSPIRATION
this site the web
;

AWAN DAN PURNAMA

Langit Bandung mendung menyembunyikan sinar matahari dibalik awan hitam disebelah barat menjelang malam. Senja sebentar lagi berakhir mempersilakan malam menggantikannya. Aku berdiri dibalik jendela merasakan angin yang menghembus menerpa rambut dan wajahku dan jauh masuk ke lubuk hatiku. Hujan gerimis kecil berjatuhan menghanyutkan debu-debu ditepi jalan dan membersihkan dedaunan juga rumput dibawah jendela tempatku berdiri. Aku masih berdiri melihat kearah manusia yang datang dan pergi sampai tak seorangpun kulihat berlalu lalang lagi . Karena malam memang telah beranjak gelap, hujanpun kian deras seolah langit menumpahkan kesedihan yang teramat dalam. Terkadang lamunanku dikagetkan oleh suara gelegar petir dengan kilatan cahaya membuat seberkas cahaya yang menampakan semua yang ada dalam kegelapan walau hanya sepintas.

Bandung, Kota ini begitu dalam menyimpan dan memberikan kenangan juga pengalaman hingga saat kuberdiri dimalam ini. Bandung yang sarat dengan keindahan, alam yang subur, cuaca yang sejuk, dan penghuninya yang ramah membuat aku tak ingin beranjak dari kota ini. Jika saja sisa hidupku bisa kulalui di kota ini, maka kuingin peristirahatan terakhirkupun disini. Bandung, kota yang melukiskan sebagian hidupku, impianku, cita-citaku dan cintaku. Untuk satu jiwa yang tak pernah lelah berhenti dari sebuah harapan terus menerus mencari sebuah persinggahan terakhir. Kemarin, hari ini dan esok, juga lusa dan entah sampai kapan aku akan memenukan akhir dari kisahku ini.

Malam mulai menajam menikamkan dingin pada seisi bumi, hujan telah mereda terseka oleh angin yang mengusir segerombolan awan yang memencar memanggil purnama untuk sedikit memberikan cahaya pada gulita malam ini. Enatah wajah siapa yang terukir dari raut purnama itu, atau nama yang terbisik dari desiran angin itu, atau kesmuanya itu hanyalah bayangan yang samar, datang sebentar lalu menghilang. Kuyakini pikir, hati dan rasa ini meluap dari gejolak yang menguasai segenap jiwa dan ragaku dikala rindu menggenggam dan memaksanya untuk tetap menanti dan menanti “dia” yang telah pergi dan entah kapan kembali.

Dulu kulewati malam seperti ini tak sendiri, dulu aku berbagi tentang malam yang diibaratkan penantian, tentang rembulan yang diibaratkan harapan, dan angin yang diibaratkan teman dalam perjalanan menuju pagi. Dia pernah berkata tentang mimpi dan nyata, tentang hayal dan harapan, tentang hidup dan perjalanan, atau tentang pertemuan dan perpisahan dan tentang fana dan keabadian. Lekat dalam ingatan saat dia mengungkapkan isi hati melalui binar matanya, tentang rasa melalui senyumnya, dan tentang cinta melalui tutur sapanya. Sekejap bersamanya merasakan penyatuan hati dan rasa adalah seabad untuk menggantikannya. Sedetik berada di sisinya adalah untuk selamanya dia tetap ada. Malam ini kumelihat rembulan yang sama saat dia disini, malam ini kuberada dibawah langit yang sama saat dia ada disisiku, tapi malam ini kunikmati malam seperti ini dalam kesendirian.

Kuyakin saat kubisikan kata ini kau mendengar, karena angin akan mengabarkannya padamu dimanpun kau berada, “Terimakasih untuk rasa yang tak pernah mati, untuk hati yang tak lelah menanti, dan untuk cinta yang tetap suci terabadaikan oleh nurani, dan untuk semua yang datang dan pergi atau peran yang silih berganti tetap saja satu yang takkan terganti”. Kuucapakan selamat malam untuk jiwa yang kelelahan, beranjaklah kearah peristirahatan, untuk menyambut hari esok dengan penuh keindahan, untuk hari esok yang menjanjikan kebahagiaan, dan untuk hari esok yang masih membawa harapan......