INSPIRATION
this site the web
;

HASRAT JIWA



Sekejap senja meninggalkan seberkas rona untk jiwa yang rentan dan lelah oleh kamoflase dunia. Aku menunduk melihat tanah yang basah oleh hujan yang tak begitu lebat. Kurasakan kesejukan ini menelusup kedalam sanubari yang terasa letih menjalani hari-hari. Sempat kubertanya pada jiwa terdalamku akan apa arti dari hidup ini, dia membisu seolah menyatakan tak ada makna untuk hidup ini. Satu jam aku memanjakan lamunan antara langit dan bumi, langit dengan cahaya matahari senja yang menyelinap di balik awan merubah warnanya menjadi jingga cerah tapi tak menyilaukan, bumi dengan hamparan bukit dan padang ilalang sejauh mata memandang.

Aku berbisik sebentar lagi gelap dan siang akan mengakhiri kisahnya, maka kegelapan akan menyelimuti bumi ini. Siang dan malam hanya dibedakan oleh cahaya, jika pada saat siang matahari pasti hadir, tapi tak setiap malam rembulan menampakan wajahnya. Bintang gemintangpun enggan untuk berbinar, jika mendung menguasai langit yang memang sudah gelap karena malam. Ada jiwa yang tak pernah terlelap meski malam mencengkram dengan erat, dan memaksa untuk tidak terjaga, jiwa ini selalu mengembara mencari sesuatu yang hilang, sesuatu yang dulu pernah ada dan pernah menjadi bagian dari hari-hari yang kulalui entah itu siang atau malam.

Dia datang membawa kehidupan, kehidupan yang belum pernah kukenal sebelumnya, kehidupan yang bisa menunjukan arti dari hidup itu sendiri, dia memberi makna sedalam-dalamnya makna. tatapannya adalah kesejukan, senyumnya adalah kedamaian, dan tutur sapanya adalah kekuatan. Keberadaanya terabadikan, dan kehilangannya tak tergantikan. Semakin jauh dia pergi, semakin dekat kurasa hadirnya. Jiwaku lemah, lemah tanpa daya dihadapan takdir. Sekejap bersamamu adalah seumur hidup untukku...

Takdir sempat mempertemukan kita di satu pagi saat matahari baru menyapa bumi dan embunpun belum sempat mengering. Aku melihatnya seperti bidadari yang tak mampu kutatap anggun wajahnya yang tak pernah melepas senyum di bingkai bibirnya. Kekagumanku kubiarkan terpendam didalam dada, dan tak kupaksakan dia terungkap, karena biarlah Tuhan saja yang memberitahunya walau entah kapan. Hari-hari terus berganti tanpa sepatah katapun saat kami berjumpa. Aku merasa dia terlalu tinggi untuk kugapai, terlalu dalam untuk kuselami, dan terlalu jauh untuk kutempuhi.

Disuatu senja saat matahari mulai meredupkan panasnya, dan anginpun mengelus dengan lembut dedaunan juga pepopohonan dimana kuterduduk dibawahnya. Disinilah tempat kubaringkan segala resah, gundah, dan penatku akan segala problematika kehidupan. Lama kubiarkan kularut dalam lamunanku sampai tak sadar kudikagetkan oleh suara lembut yang berkata "Alam ini begitu indah,..." itulah kalimat pertama yang kudengar dari bibirnya yangtak pernah lepas dari senyum. Akupun tersenyum dan membalasnya "Alam ini memang indah, dan hanya diperuntukan bagi manusia", dia menjawab, "tapi kan makhluk hidup di bumi ini bukan hanya manusia?". Pertanyaan itu membuatku tersenyum simpul lalu aku berkata "selain manusia Tuhan menciptakan makhluk lain, tapi diantara semua makhluk Tuhan, hanya manusia yang memiliki derajat paling tinggi", "tapi sekaligus juga bisa memiliki derajat paling rendah" dengan lugas dia menjawab, dan akupun mengangguk pertanda setuju dengan perkataannya.

Kami menghabiskan waktu sampai matahari setengah terbenam di ufuk barat, itulah pertemuan pertama kami, pertemuan yang saat berpisah merasakan kerinduan, pertemuan yang membuat malam terasa panjang karena menanti pagi yang membawa dirinya hadir menemani, pertemuan yang membuat saat terpejam mata terasa bagai di surga, pertemuan yang enggan untuk mengatakan selamat tinggal... Kerinduan itu seperti hujan di kemarau yang panjang, atau seperti oase di padang tandus, dia selalu menjelma dari kesunyian membawa sukma untuk menari dalam khayal, menggenggam separuh harapan untuk ditambatkan di relung jiwa sang terkasih... seperti itulah kerinduan akan terbatas semua kata untuk menggambarkannya, akan habis seluruh persepsi untuk mengartikannya, dan memang dia ada bukan untuk satu definisi, tapi dia ada untuk memberi warna pada perasaan, hati, pikir, hasrat, dan jiwa...

Tuhan menciptakan Adam dan Hawa atas nama cinta, cinta yang mengabadikan hidup dan kehidupan, karena dimana ada cinta disitu ada kedhidupan. Dan cinta itu pula yang saat itu mengikat hati dan jiwa kami, cinta yang kami agungkan keberadaannya, karena kami yakin cinta inilah yang akan membawa kami pada satu gerbang kebahagiaan abadi. Waktu bergulir memaksa cerita agar terus berlanjut dan berubah, karena setiap hari berganti tidaklah pernah ada satupun pengulangan kisah yang sama. Jika saja waktu bisa kutahan barang sejenak, maka saat itulah kuingin waktu berhenti, saat diamana hati dan jiwa kami menyatu. Tapi kekuatan sang waktu begitu hebat hingga mampu menubuhkan rambut putih diantara sela-sela hitam pekatnya kelebatan rambut. Juga bisa membungkukan si gagah perkasa, atau mengkeriputkan kulit si cantik jelita. Seolah semua kekuatan menjadi lemah dihadapan sang waktu.