INSPIRATION
this site the web

PIKIR HATI DAN RASA

image
image
image
;

AWAL YANG TERLUPA


Diagram dendam dalam skema kebencian,

buah dari pengharapan yang tertikam realita...

waktu hanya menghapus separuh dari seluruh

dan tak pernah mengelupas hingga tak berbekas..



rasakan saja irama kesedihan

yang mengalun membunuh relung relung rindu yang baru tumbuh,

membinasa rasa yang menjulang megah

namun tak sempat berjaya tegak menggapai angkasa...



bersama hujan yang membuas

kutumpahkan keberingasan jiwa ini,

Bersama tanah yang basah

kupadam bara yang membakar jiwa ini,



hingga kubuai sisi nurani yang sembunyi dalam sepi

menanti hadir sang pemilik hati membawa setitik damai

pada diri yang lalai,dan pada jiwa yang terbengkalai

Ahh... berkahir disini, akhirnya kukembali pada awal yang terlupa...

Adalah selalu untukku...


Adalah selalu untukku...



Tentang jam yang berdetak layaknya detak jantung menghitung waktu, aku yang datang dengan tangan hampa dan kaki tak beralas, raga yang lusuh rapuh berbaur debu, meniti tangga melangkah kearah singgasanamu yang megah...



Juluki saja aku pengelana tersesat, haus dalam gulungan gurun, terlantar dalam hamparan sahara. Pinjamilah aku setetes kehidupan untuk mengalirkan darah dirongga nadi, untuk mendetakan dada yang menyesak terengah lelah, dan untuk menenangkan gelisah yang diperbudak amarah...



Adalah selalu untukku...

PADA HENING


Aku ingin rebah di dadamu

menghirup segar nafas khusyu’mu

mencuri debar ketenanganmu

Yang rapi kau simpan, di dalam selimut diam



ada senyum samar, mekar di kedut bibirmu

ketika kelopak rembulan ranum berpijar

ketika putik-putik bintang menyemut berpendar

jatuh menghujani tubuhmu

sehingga aromamu yang sunyi

tercium lebih wangi



aku juga ingin belajar

pada hikmat kesabaranmu, pada lamat warnamu

selagi purnama belum bertakhta

selagi gugusan bintang belum meraga

kau sambut salam dan percakapan di dalam senyap



kau peluk rintih dan pinta di dalam lindap

Kau, hening, yang merajai dingin

berjalanlah ke arahku

aku ingin memaknai semua itu

sehingga menjadi sepertimu:

khusyu’,tenang dan wangi

dan dari lubukmu mengalir damai

Taken from LARUNG BIRU NOTES

AKU DAN DIRIKU


Kembalilah pada pelukanku, asamu menelantarkanmu terlalu jauh hingga kau lupa raut bahagia dalam kilasan malam dan siang yg tenang mengalun menemani laku keluhmu...

Kembalilah pada kehangatanku, saat kau bekukan separuh hidupmu pada bongkahan keterasingan kamoflase dunia yg kau kejar tp meninggalkanmu telak..

Selalu kusambut air matamu dg melukis senyum di daun bibirmu... Karena aku adlh kau... Kau adlh diriku..

TITIK


Bayangmu menjauh kearah mata hari terbenam, melambat langkahku seiring harapan yg memudar dalam cahaya yg pergi bersama malam, jiwa ini tak lagi berharap, hanya terkapar menuai hitam dalam kelam yg ditanam oleh kepedihan akan kehilangan... Rasakanlah segenap raga yg ditinggal kehidupan atau nafasnya yg terengah sesak... Biarkan saja tetesan darahnya tak lagi mengalir karna mengering dalam nadi dan air matanya tak lagi berkaca karena ia terpejam selamanya...

KLISE


Kau berada dipenghujung rindu yg kerap menyayat jiwa yg sarat akan harap dimana bersamanya tertuang tetesan merah pekat ruh kehidupan serupa nafas atau detak di balik dada...

Dalam sunyi kuberilusi tentang hati yg getir meratapi buih buih yg timbul tenggelam, tentang titik api yg hilang padam, tentang senyap yg bermanja pada kecewa, tentang malam yg menelan cahaya lahap tak beriba... Dan aku diam dalam nafas tersesak, dalam lisan terbungkam, dan dan dalam pandang membuta...

KITA


Bergegaslah kau kalungkan kedua tanganmu dipundakku,
satukan nafasmu dalam engahku,
biar berlanjut malam ini mengadili keheningan,
dan kita meniti satu demi satu anak tangga menuju nirwana,
Detik berbunyi tak terhalangi,
biarkan saja ia terangkai menjadi menit-menit dan membentuk hari

(bersambung)